GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF

Anak-anak dengan gangguan perkembangan pervasif (pervasif developmental disorder/PDDs) menunjukan hendaknya perilaku atau fungsi pada berbagai area perkembangan. Gangguan ini umumnya menjadi tampak nyata pada tahun-tahun pertama kehidupan dan sering kali dihubungkan dengan retardasi mental. Gangguan ini umumnya diklasifikasikan sebagai bentuk psikosis pada edisi awal DSM. Keanehan dalam berkomunikasi dan perilaku motorik yang stereotip.

Type mayor dari gangguan perkembangan pervasif,

  1. Gangguan Autis (Autisme).
  2. Gangguan Asperger (Asperger’s disorder) ditunjukan dengan adanya deficit pada
    interaksi sosial dan perilaku stereotip. Gangguan Asperger tidak melibatkan deficit yang signifikan pada kemampuan bahasa dan kognitif (APA,2000;Szatmari dkk 2000).

Type gangguan perkembangan pervasif yang lebih jarang muncul, mencakup :

  1. Gangguan Rett (Rett’s disorder), gangguan yang dilaporkan hanya terjadi pada wanita.
  2. Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak (childhood disintegrative disorder), kondisi yang jarang ada, biasanya muncul pada laki-laki.


Gangguan Asperger

Gangguan Asperger adalah salah satu jenis dari gangguan perkembangan pervasif disamping gangguan autisme.Gangguan ini ditandai oleh kesulitan dalam menjalin relasi sosial yang timbal balik, serta adanya perilaku dan minat yang terbatas. Seringkali tidak dijumpai adanya keterlambatan kemampuan bicara atau berbahasa reseptif.

Kemampuan kognisi, keterampilan menolong diri sendiri dan keingintahuan terhadap lingkungan sekitarnya masih cukup baik. Diagnosis pasti seringkali ditegakkan setelah anak duduk di usia sekolah.

Gejala-gejala :

  1. Ketidak memadai anak dalam menjalin relasi timbal balik walaupun dengan bahasa dan perilaku nonverbal sekalipun, misalnya kontak mata yang sangat kurang, ekspresi muka yang datar, gerak-gerik yang kaku sehingga sulit untuk menjalin interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
  2. Ketidakmampuan untuk mengembangkan pola relasi yang adekuat dengan teman sebayanya.
  3. Kekurangmampuan untuk menikmati kesenangan dan ketertarikan bersama dengan kelompoknya atau orang lain. Anak sulit merabarasakan apa yang dirasakan orang lain (sulit berempati).
  4. Ketidakmemadaian dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional yang bersifat timbal balik.
  5. Preokupasi dengan satu atau beberapa minat secara terbatas dan dengan cara yang sangat khas serta berlabihlebihan (baik intensitas maupun fokus yang diberikan).
  6. Gerakan-gerakan yang khas dan berulang-ulang, serta tidak sesuai dengan perilaku anak seusianya.
  7. Terpaku pada suatu kegiatan yang bersifat ritual atau rutinitas.
  8. Perilaku anak sangat tidak fleksibel.
  9. Preokupasi dengan bagian-bagian dari suatu objek.


Sindrom Asperger

Sindrom Asperger atau Gangguan Asperger (SA) merupakan suatu gejala kelainan perkembangan syaraf otak yang namanya diambil dari seorang dokter berkebangsaan Austria, Hans Asperger, yang pada tahun 1944 menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan mengenai pola perilaku dari beberapa anak laki-laki memiliki tingkat intelegensi dan perkembangan bahasa yang normal, namun juga memperlihatkan perilaku yang mirip autisme, serta mengalami kekurangan dalam hubungan sosial dan kecakapan komunikasi. Walaupun makalahnya itu telah dipublikasikan sejak tahun 1940-an, namun Sindrom Asperger baru dimasukkan ke dalam katergori DSM IV pada tahun 1994 dan baru beberapa tahun terakhir Sindrom Asperger tersebut dikenal oleh para ahli dan orang tua.

Seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan bermacam-macam karakter dan gangguan tersebut. Seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal-hal yang sama berulang ulang. Sering mereka terobsesi oleh rutinitas dan menyibukkan diri dengan sesuatu aktivitas yang menarik perhatian mereka. Mereka selalu mengalami kesulitan dalam membaca aba-aba (bahasa tubuh) dan seringkali seseorang penyandang SA mengalami kesulitan dalam menentukan dengan baik posisi badan dalam ruang (orientasi ruang dan bentuk).

Karena memiliki perasaan terlalu sensitif yang berlebihan terhadap suara, rasa, penciuman dan penglihatan, mereka lebih menyukai pakaian yang lembut, makanan tertentu dan merasa terganggu oleh suatu keributan atau penerangan lampu yang mana orang normal tidak dapat mendengar atau melihatnya. Penting untuk diperhatikan bahwa penyandang SA memandang dunia dengan cara yang berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut, bukan karena sengaja berlaku kasar atau berlaku tidak sopan, dan yang lebih penting lagi, adalah bukan dikarenakan ‘hasil didikan orang tua yang tidak benar’.

Menurut definisi, penyandang SA mempunyai IQ.normal dan banyak dari mereka (walaupun tidak semua) memperlihatkan pengecualian dalam keterampilan atau bakat di bidang tertentu. Karena mereka memiliki fungsionalitas tingkat tinggi serta bersifat naif, maka mereka dianggap eksentrik, aneh dan mudah dijadikan bahan untuk ejekan dan sering dipaksa temanya untuk berbuat sesuatu yang tidak senonoh. Walaupun perkembangan bahasa mereka kelihatannya normal, namun penyandang SA sering tidak pragmatis dan prosodi. Perbendaharaan kata-kata mereka kadang sangat kaya dan beberapa anak sering dianggap sebagai ‘profesor kecil’. Namun mereka dapat menguasai literatur tapi sulit menggunakan bahasa dalam konteks sosial.

Sifat-sifat dalam belajar dan berperilaku pada murid penyandang Asperger antara lain:

  1. Sindrom Asperger merupakan suatu sifat khusus yang ditandai dengan kelemahan kualitatif dalam berinteraksi sosial. Sesorang penyandang Sindrom Asperger (SA) dapat bergaul dengan orang lain, namun dia tidak mempunyai keahlian berkomunikasi dan mereka akan mendekati orang lain dengan cara yang ganjil (Klin & Volkmar, 1997). Mereka sering tidak mengerti akan kebiasaan sosial yang ada dan secara sosial akan tampak aneh, sulit ber-empati, dan salah menginterpretasikan gerakan-gerakan. Pengidap SA sulit dalam berlajar bersosialisasi serta memerlukan suatu instruksi yang jelas untuk dapat bersosialisasi.
  2. Walaupun anak-anak penyandang SA biasanya berbicara lancar saat mencapai usia lima tahun, namun mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahasa dalam konteks sosial ( pragmatik ) dan tidak mampu mengenali sebuah kata yang memiliki arti yang berbeda-beda (semantic) serta khas dalam berbicara /prosodi (tinggi rendahnya suara, serta tekanan dalam berbicara) (Attwood, 1998). Murid penyandang SA bisa jadi memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih, dan sering tak henti-hentinya berbicara mengenai suatu subyek yang ia sukai. Topik pembicaraan sering dijelaskan secara sempit dan orang itu mengalami kesulitan untuk berpindah ke topik lain. Mereka dapat merasa sulit berbicara teratur. penyandang SA dapat memotong pembicaraan orang lain atau membicarakan ulang pembicaraan orang lain, atau memberikan komentar yang tidak relevan serta mengalami kesulitan dalam memulai dan mengakhiri suatu pembicaraan. Cara berbicaranya kurang bervariasi dalam hal tinggi rendahnya suara, tekanan dan irama, dan, bila murid tersebut telah mencapai usia lebih dewasa, cara berbicaranya sering terlalu formal. Kesulitan dalam berkomunikasi sosial dapat terlihat dari cara berdiri yang terlalu dekat dengan orang lain, memandang lama, postur tubuh yang tidak normal, dan tak dapat memahami gerakan-gerakan dan ekspresi wajah.
  3. Murid penyandang SA memiliki kemampuan intelegensi normal sampai di atas rata-rata, dan terlihat berkemampuan tinggi. Kebanyakan dari mereka cakap dalam memperdalam ilmu pengetahuan dan sangat menguasai subyek yang mereka sukai pernah pelajari. Namun mereka lemah dalam hal pengertian dan pemikiran abstrak, juga dalam pengenalan sosial. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan akademis, khususnya dalam kemampuan membaca dan mengerti apa yang dibaca, menyelesaikan masalah, kecakapan berorganisasi, pengembangan konsep, membuat kesimpulan dan menilai. Ditambah pula, mereka sering kesulitan untuk bersikap lebih fleksibel. Pemikiran mereka cenderung lebih kaku. Mereka juga sering kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau menerima kegagalan yang dialaminya, serta tidak siap belajar dari kesalahan-kesalahanya. (Attwood 1998).
  4. Diperkirakan bahwa 50% – 90% dari penyandang SA mempunyai kesulitan dalam koordinasi motoriknya (Attwood 1998). Motorik yang terkena dalam hal melakukan gerakan yang berpindah-pindah (locomotion), kecakapan bermain bola, keseimbangan, cakap menggerakan sesuatu dengan tangan, menulis dengan tangan, gerak cepat, persendian lemah, irama serta daya mengikuti gerakan-gerakan.
  5. Seorang penyandang SA memiliki kesamaan sifat dengan penyandang autisme yaitu dalam menanggapi rangsangan sensori. Mereka bisa menjadi hiper sensitif terhadap beberapa rangsangan tertentu dan akan terikat pada suatu perilaku yang tidak biasa dalam memperoleh suatu rangsangan sensori yang khusus.
  6. Seorang penyandang SA biasanya kelihatan seperti tidak memperhatikan lawan bicara, mudah terganggu konsentrasinya dan dapat / pernah dikategorikan sebagai penyandang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sewaktu di-diagnosa dalam masa kehidupan mereka (Myles & Simpson, 1998).
  7. Rasa takut yang berlebihan juga merupakan salah satu sifat yang dihubungkan dengan penyandang SA. Mereka akan sulit belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan bersosialisasi di sekolah. Instruksi yang baik dan benar akan membantu meringankan tekanan-tekanan yang dialaminya.


Makna, Penyebab dan Penanganan untuk Anak ASPERGER

* Dikutip dari Dr. Reni Akbar- Hawadi, Psikolog dan wawancara dengan DR. Endang Widyorini M.Si Psikolog Sejarah Asperger

Lorna Wing adalah tokoh pertama yang menggunakan istilah Sindrom Asperger dalam sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1981. Ia menggambarkan sekumpulan anak dan orang dewasa yang memiliki karakteristik kecakapan dan perilaku yang untuk pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatrik yang berasal dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang benar-benar tidak lazim dalam kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitifnya. Pada tahun 1990-an, Sindrom Asperger dipandang sebagai sebuah varian autisme dan kelainan perkembangan pervasif, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan kecakapan dalam rentang yang luas. Kini, Sindrom Asperger dianggap sebagai suatu subkelompok dalam spektrum autistik dan memiliki kriteria diagnostik tersendiri (Attwood, 2002).

Para pengidap Sindrom Asperger mempersepsi dunia secara berbeda. Bagi mereka, semua orang sangat aneh dan membingungkan. Cara mereka dalam mempersepsi dunia kerap membawa mereka ke hal yang bertentangan dengan cara-cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang konvensional (Attwood, 2002).

Kesulitan anak Asperger dalam besosialisasi dapat membuat mereka menjadi sangat stres di sekolah. Banyak kendala yang akan ditemukan pada saat anak Asperger memasuki masa remaja Untuk menghadapi hal tersebut, orang tua disarankan untuk segera mencari ahli profesional untuk melakukan intervensi yang diperlukan sesegera mungkin dengan berterus terang kepada guru atau kepala sekolah dan membawa referensi dari ahli tersebut.

Tanpa pemberitahuan dari orang tua, pihak sekolah, dan teman-teman sebaya, anak-anak Asperger sulit untuk mengetahui bahwa mereka berbeda. Hal inilah yang biasanya dapat menjadi pemicu terjadinya masalah serius pada anak Asperger. Mereka membutuhkan bantuan untuk menemukan cara beradaptasi dengan dunia sebagaimana mestinya, sehingga mereka dapat memanfaatkan keterampilan khususnya secara konstruktif, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu tanpa berkonflik dengan orang lain, dan sebisa mungkin mampu mencapai kemandirian pada tingkat tertentu dalam kehidupan orang dewasa serta hubungan sosial yang positif (Attwood, 2002).

Apakah Sindrom Asperger (asperger syndrome/AS) berbeda dengan Autism?

Menurut Ibu Endang Widyorini dari Pusat Keberbakatan Universitas Soegijapranata Semarang, Sindrom Asperger adalah sindrom yang mempunyai kecenderungan menyerupai pola perilaku para penderita autis di mana mereka susah berkomunikasi dan berinteraksi sosial namun penderita sindrom ini mempunyai intelegensi dan kemampuan verbal yang normal. Artinya, mereka sehat-sehat saja dan tidak mengalami keterbelakangan mental seperti kebanyakan anak-anak autis

Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas sosial. Kita tidak bisa mengerti dan memahami apa yang ingin disampaikannya karena penderita sindrom ini memiliki gangguan sistem saraf sehingga mereka tidak mempunyai koordinasi yang baik untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang tidak bisa berbahasa dengan lancar, terdengar kaku, sangat formal . Tidak jarang dari mereka mempunyai potensi tersembunyi dalam dirinya dan bahkan mungkin lebih jenius ketimbang orang normal

Penyebab Asperger

Cumine (1999, h.4) menyatakan penyebab Asperger ada kemiripan dengan gangguan Autis yaitu faktor herediter (genetika), faktor komplikasi proses kehamilan atau persalinan, faktor neurochemical dan faktor neurological yang akhirnya menimbulkan disfungsi otak.

Menurut Attwood (2002), hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gangguan Asperger, antara lain:

  1. Gangguan pada saat kelahiran atau kehamilan
  2. NeurologisSindrom Asperger merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengacu pada disfungsi struktur dan sistem dalam otak.

Hasil kajian Volkmar, dkk (dalam Attwood. 2005, h.188) mengenai penyebab gangguan Asperger adanya lobus frontal (bagian berbentuk bulat dan menonjol dengan ukuran terbesar serta terletak paling depan dari setiap bgian otak) dan lobus temporal (bagian otak yang mengandung pusat pendengaran) yang tidak berfungsi. Bahkan lobus frontal yang megalami gagguan di awal masa kecil mengakibatkan munculnya gangguan Asperger.

Penanganan untuk anak Asperger

Menurut Attwood (2002), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain:

  1. Bila ada gangguan perilaku sosial, pelajari cara untuk:
    1. Mengawali, memelihara, dan mengakhiri permainan kelompok
    2. Bersikap fleksibel, kooperatif, dan mau bebagi
    3. Mempertahankan kesendirian tanpa mengganggu orang lain
    4. Doronglah seorang teman untuk bermain dengan anak di rumah
    5. Daftarkan anak di perkumpulan-perkumpulan atau kelompok-kelompok
    6. Ajari anak untuk mengamati anak-anak lain untuk menunjukkan hal yang harus dilakukan
    7. Doronglah permainan-permainan yang kompetitif dan kooperatif
    8. Doronglah anak untuk menjalin persahabatan yang prospektif
    9. Sediakan hiburan di saat-saat istirahat
    10. Sediakan guru pendamping
    11. Gunakan kisah-kisah tentang sosial untuk memahami petunjuk-petunjuk dan tindakan-tindakan bagi situasi-situasi sosial tertentu
  2. Bila ada masalah bahasa, bantu anak untuk pelajari :
    1. Komentar-komentar pembuka yang tepat
    2. Cara untuk mencari bimbingan ketika mengalami kebingungan
    3. Ajari petunjuk-petunjuk tentang saat untuk membalas, menginterupsi, atau mengubah topic
    4. Berbisiklah di telinga anak tentang ucapan yang harus dikatakan kepada orang lain
    5. Gunakan kisah-kisah tentang bermasyarakat dan percakapan dalam bentuk komik sebagai suatu representasi lisan atau piktoral pada tingkat komunikasi yang berbeda
    6. Ajarkan bagaimana memodifikasi tekanan, irama, dan nada untuk menekankan kata-kata kunci dan emosi-emosi terkait
  3. Pada masalah minat dan rutinitas :
  4. Masalah koordinasi motorik yang kikuk, bantu anak untuk :
  5. Pada masalah kognisi, bantu anak untuk :
  6. Masalah kepekaan sensoris
  1. Ajari konsep waktu dan jadwal untuk menunjukkan rangkaian aktivitas
  2. Kurangi tingkat kecamasan anak
  1. Memperbaiki keterampilan-keterampilan menangkap dan melempar bola sehingga anak bisa turut bermain bola
  2. Menggunakan perangkat permainan di taman bermain dan tempat berolahraga
  3. Pengawasan dan dorongan untuk memperlambat tempo gerakan
  4. Merujuk pada ahli kesehatan yang relevan
  1. Belajar memahami perspektif dan pikiran-pikiran orang lain dengan menggunakan permainan peran dan instruksi-instruksi
  2. Dorong anak untuk berheni memikirkan perasaan orang lain sebelum mereka bertindak atau berbicara
  3. Belajar untuk meminta pertolongan, terkadang menggunakan sebuah kode rahasia
  4. Periksa apakah anak menggunakan strategi yang tidak konvensional dalam membaca, menulis, atau berhitung
  5. Hindari kritik dan omelan
  1. Minimalkan bunyi yang ada di sekitar kita, khususnya bila sejumlah orang berbicara pada waktu yang sama
  2. Lakukan terapi integrasi sensoris
  3. Kurangi sensitivitas pada area tertentu dengan menggunakan pemijatan dan vibrasi
  4. Hindari cahaya yang terlalu terang
  5. Dorong anak untuk melaporkan rasa sakit yang dialami tubuhnya


Pendidikan Terbaik untuk Anak Asperger

Anak Asperger sering dikaitkan dengan autistic. Tapi anak autis memiliki gangguan interaksi sosial dan komunikasi, juga perilaku dan minat yang sempit. Sedangkan anak asperger sering diebut high fuction autis. Mereka memiliki ciri-ciri autis tapi IQnya tinggi hingga bisa masuk ke sekolah umum. Masalah utamanya adalah kesulitan mereka dalam interaksi sosial, diantara teman-temannya sering dianggap aneh.

Asperger sering tidak disadari oleh orangtuanya hingga anak masuk usia Sekolah Dasar, saat anak harus interaksi dengan temannya. Mereka tidak memiliki masalah bicara seperti anak autis, namun mereka biasa menggunakan bahasa yang kaku atau formal, bukan bahasa sehari-hari. Dari kecil biasanya mereka punya minat yang sangat dalam pada ensiklopedia, kartun jepang, dan sebagainya. Sesudah masuk SD baru dicap aneh karena hanya bisa ngobrol tentang minatnya saja. Aturan sosial sangat pintar, tapi kemampuan sosialnya rendah. Biasanya suka menarik diri, lebih suka sendiri, lebih suka belajar. Dia sebenarnya ingin sekali berteman, tapi karena dia aneh, jadi sering diganggu teman, disuruh apa saja nurut saja.

Pada dasarnya kemampuan yang paling terbatasnya pada anak asperger adalah pada segi sosialisasi. Dia susah membaca situasi sosial. Tidak punya insting sosial, kecerdasan emosinya kurang, empatinya kurang, cara berpikirnya berbeda, emosinya meledak-ledak, dan tingkah lakunya tidak sesuai lingkungan. Sebenarnya karena dia pintar, banyak temannya, tapi biasanya temannya hanya meminta bantuan untuk tanya PR, atau mengerjakan tugas-tugas sekolah

Saat kelihatan dia sulit sosialisasi, orangtua bisa mulai menerangkan tentang aturan-aturan sosial yang sepantasnya, saat sedang berlangsung, misalnya ia menghadiri acara ulangtahun temannya, ia bisa dijelaskan untuk memberi selamat, menyerahkan kado yang dibawanya, dan seterusnya. Selain itu mereka juga bisa diberikan buku social stories, berisi cerpen-cerpen situasi sosial. Bila dibohongi teman tidak langsung berubah karena kurang mengerti.

Untuk membantu anak asperger di sekolah, nomor satu saat anak asperger pada satu sesi dia tidak masuk, guru harus memberi penjelasan pada teman-temannya mengenai kondisi aspergernya. Tugas guru untuk mendorong teman-teman agar dia bisa diterima. Kedua, orangtua bisa menghubungi guru, sehingga guru bisa membantu orangtua mengadaptasi anaknya di sekolah.

Anak asperger dalam akademik tidak bermasalah, orangtua bisa membantu mereka untuk membuat PR. Bila anak suka, ia akan belajar dengan sendirinya, bila tidak suka pelajarannya atau tidak suka gurunya, orangtua harus bisa memberi pengertian pada anak.

Tips praktis membantu anak baik di rumah maupun di sekolah :

  1. Alat bantu visual seperti penjelasan tertulis di papan tulis, gambar-gambar di buku
  2. Jadwal yang rutin dan konsisten, dengan aturan yang jelas, dia akan merasa nyaman dan lebih optimal. Karena dia sangat suka keteraturan dan agak kaku. Buatkan jadwal harian, saat sekolah maupun hari libur
  3. Bila akan ada perubahan jadwal, beritahukan 1 hari sebelumnya. Karena ketidaktahuannya akan jadwal akan membuat dia bingung dan juga cemas. Disinilah letak kerentanannya.
  4. Anak asperger punya masalah sensori, mereka tidak suka tempat yang terlalu ramai/bising. Ketika mereka merasa stimulasi lingkungan berlebihan, mereka melakukan stimulasi diri dengan bicara sendiri atau menggerak-gerakkan tangan atau kakinya. Itu yang membuat dia sering disebut aneh oleh teman-temannya. Padahal tujuannya adalah agar tidak merasa tertekan. Stimulasi diri ini harus dibatasi. Perlu ada ruangan yang dinamakan Save Place, satu ruangan tenang yang bila stresnya terlalu tinggi, ia bisa masuk ke ruangan itu dan menenangkan diri, atau disediakan komputer di kelas atau ia bisa istirahat keluar kelas (di sekolah alam) agar ia bisa melakukan hal yang disukainya
  5. Biasanya anak asperger punya minat tertentu, karena itu sebaiknya digali minatnya. Dengan kemampuan yang didalaminya, dia bisa dimasukkan ke kelompok minat tersebut. Misalnya klub gambar komik, klub olahraga,
  6. Anak asperger biasanya bagus di sekolah. Di luar sekolah bisa tidak usah di leskan lagi. Kecuali bila ia benar-benar kurang di bidang pelajaran itu.
  7. Ia lebih cenderung diam, walau diikutkan kursus kepribadian. Tidak bisa seperti anak normal. Saat remaja, masalahnya sama seperti anak lain, mengalami perubahan emosional, mudah tersinggung. Motivasi berprestasinya tinggi. Ia bisa dibantu untuk bersosialisasi seperti dianjurkan untuk berpakaian mengikuti mode seperti teman-temannya, agar ia bisa tidak dianggap aneh oleh kawan-kawannya, juga diajari soal musik yang sedang tren, gaya bahasa gaul, dan sebagainya.


Keistimewaan Anak Asperger

Banyak berprestasi, tapi sering dianggap aneh. Memiliki kebiasaan yang tidak lazim serta memiliki minat yang sempit. Ketidaklaziman mereka membuat mereka sering dianggap aneh oleh kawan-kawannya di sekolah. Siapakah mereka dengan Asperger itu? Einstein adalah salah satunya. Tokoh lainnya yang tak kalah menakjubkan adalah Bill Gates. Menurut para ahli,baik Einstein maupun Gates, memiliki ciri yang sama yang juga ditemukan pada anak-anak Asperger. Kesamaannya antara lain adalah pada hubungan interpersonal yang tidak biasa (mereka sering sekali penyendiri), dan kebiasaan melakukan gerakan berulang tanpa maksud (Bill Gates sering mengayun-ayunkan kursi duduknya tanpa maksud).

Apakah anda mengetahui ada saudara atau mungkin kawan anda yang kemungkinan adalah anak asperger? Bagaimana mereka bisa dibantu? Bagaimana mengeluarkan potensi terbesar mereka? Jawabannya akan coba diterangkan dalam edisi APSInfo kali ini. Asperger pada dasarnya adalah sejenis autisma. Namun, ada perbedaan yang mencolok. Anak asperger biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, hanya pada bidang yang mereka anggap menarik saja. Kelebihan ini haruslah bisa dikenali hingga bisa kita bantu untuk dikembangkan. Siapa tahu, anak asperger yang anda kenal sekarang, 10 atau 15 tahun kemudian, akan menjelma menjadi Einstein, atau Bill Gates berikutnya. Siapa tahu bukan?


Prevalansi Sindrom Asperger

Menurut Volkmar, prevalansi gangguan Asperger adalah 1 di antara 10. Kepustakaan lain menyebutkan 20-25 setiap 10.000 orang anak. Angka kejadian Asperger dengan kriteria diagnosis Gillberg & Gillberg (1989) atau dengan kriteria ICD-10 terlihat meningkat. Gillberg & Gillberg memperkirakan peningkatan pada angka 0,26 %. Pada tahun 1991 suatu penelitian menyebutkan prevalansi gangguan Asperger 2,6-3 setiap 1000 anak. Menurut Wing (1978) gangguan Asperger menunjukkan rasio laki-laki banding perempuan sebanyak 15:4, sedangkan menurut Wolf & Barlow (1979) adalah 9:1. Asperger pada anak usia 7-16 tahun adalah 0,71 % ; laki-laki 0,97% dan perempuan 0,44%.


SUMBER:

http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Pendidikan-Terbaik-Ubtuk-Anak-Asperger.php
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Pendidikan-Terbaik-Ubtuk-Anak-Asperger.php
http://puterakembara.org/apaas.shtml
http://www.kesulitanbelajar.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=12
http://www.masbow.com/2009/11/gangguan-perkembangan-pervasif.html