Yang dimaksud dengan gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya karena memar atau luka pada otak), dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab, termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.

Berapa banyak anak memiliki gangguan komunikasi?

Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5 – 8 % dari anak-anak presekolah. Hal ini mencakup gangguan berbicara (3%) dan gagap (1%). Konsekuensi yang diambil pada gangguan wicara yang terlambat ditangani adalah perubahan yang signifikan dalam hal tingkah laku, gangguan kejiwaan, kesulitan membaca, dan gangguan prestasi akademik

termasuk penurunan prestasi di sekolah sampai drop-out. Sampai saat ini, gangguan wicara pada anak merupakan masalah yang sulit terdeteksi pada pusat pelayanan primer.

Gangguan pendengaran bervariasi sekitar 5% dari anak usia sekolah dengan level pendengaran di bawah normal. Dari jumlah ini, 10-20% memerlukan pendidikan khusus. Sekitar 1/3 dari anak yang memiliki gangguan penden

garan, bersekolah di sekolah biasa, 2/3 dari mereka memasuki pendidikan khusus atau sekolah luar biasa untuk tuna rungu.

Apa penyebab gangguan komunikasi?

Banyak gangguan komunikasi muncul dari kondisi lain seperti gangguan pembelajaran, cerebral palsy, retardasi mental, atau sumbing bibir dan palatum. Anak dengan keterlambatan bicara memiliki gangguan pengucapan, yang berarti terdapat komunikasi tidak efektif pada area otak yang bertanggungjawab untuk berbicara. Anak dapat mengalami kesulitan di dalam menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk memproduksi suara. Tidak mampu berbicara dapat merupakan masalah satu-satunya atau dapat diikuti dengan masalah lainnya seperti kesulitan menelan. Keterlambatan berbicara dapat mengindikasikan keterlambatan perkembangan.

Gangguan pendengaran umumnya berkaitan dengan keterlambatan berbicara, bila anak memiliki gangguan pendengaran, dia juga dapat memiliki gangguan mengerti pembicaraan dan gangguan menirukan dan menggunakan bahasa. Gangguan pendengaran terbagi atas gangguan pendengaran parsial dan ketulian total. Ketulian dapat didefinisikan sebagai kesulitan berkomunikasi secara auditori atau memerlukan alat bantuan berupa amplifikasi. Terdapat 4 tipe dari gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan penyakit atau sumbatan pada liang telinga maupun telinga tengah, biasanya dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran sens

orineural terjadi Karena kerusakan pada sel rambut sensori dari telinga dalam atau kerusakan dari saraf telinga, umumnya tidak dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran campuran yaitu kombinasi gangguan dari telinga luar atau telinga tengah, dan telinga dalam. Gangguan pendengaran sentral yang berasal dari kerusakan saraf atau otak.

Apa karakteristik dari anak-anak dengan gangguan komunikasi?

Bayi yang tidak berespon dengan suara atau tidak bisa’bubbling’ atau mengoceh merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pada usia 12-24 bulan, perhatian lebih perlu diberikan pada anak dengan :

  • Tidak dapat menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk atau melambai pada usia 12 bulan
  • Memilih bahasa tubuh dibandingkan vokalisasi untuk berkomunikasi pada usia 18 bulan
  • Memiliki kesulitan menirukan suara atau kata pertama tidak muncul pada usia 18 bulan

Pada anak usia lebih dari 2 tahun, anda harus mencari bantuan apabila :

  • Hanya dapat mengulang kata atau suara tanpa mampu menghasilkan kata atau kalimat sendiri
  • Hanya mengucapkan beberapa kata atau suara berulang-ulang
  • Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
  • Memiliki suara yang tidak biasa (suara hidung)
  • Lebih sulit dimengerti dibandingkan sebayanya, orangtua dan pengasuh sebaiknya mengerti separuh dari yang diucapkan anak pada usia 2 tahun, sekitar ¾ dari yang diucapkan pada anak 3 tahun, dan pada usia 4 tahun, anak anda seharusnya sudah dapat dimengerti seluruh kata-kata yang dia keluarkan

Anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa memiliki berbagai karakteristik termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk, lambat dalam berbicara, kesulitan artikulasi, dan kesulitan dalam membuat kalimat.

Gagap adalah gangguan dalam berbicara atau lambat di dalam berbicara, umumnya muncul antara usia 3-4 tahun dan dapat berkembang menjadi kasus yang kronik apabila tidak ditangani secara adekuat. Gagap dapat secara spontan menghilang pada usia remaja, namun terapi bicara dan bahasa sebaiknya dilakukan sebelumnya.

Anak dengan kemungkinan gangguan pendengaran dapat muncul dengan kurangnya kemampuan pendengaran, perlunya pengulangan pertanyaan sebelum dapat menjawab yang benar, berbicara dalam kata-kata yang kurang tepat, atau mengalami kebingungan dalam diskusi. Deteksi dan diagnosis dini gangguan pendengaran sebaiknya segera dilakukan dan ditangani dengan segera.

Apa yang harus dilakukan pada anak dengan gangguan komunikasi?

Apabila anda atau dokter anak anda mencurigai adanya gangguan komunikasi, maka evaluasi dini oleh profesional sebaiknya segera dilakukan. Suatu evaluasi yang dilakukan oleh ahli patologi bicara dan bahasa diantaranya adalah melihat kemampuan berbicara dan berbahasa anak anda menggunakan tes dan skala yang sudah distandarisasi. Ahli patologi tersebut juga akan mengamati apa yang anak mengerti, apa yang anak dapat katakan, komunikasi bahasa tubuh seperti menunjuk, menggeleng, dan status oral-motor anak (bagaimana bentuk bibir, lidah, langit-langit mulut, apakah mereka dapat bekerjasama di dalam berbicara, makan, dan menelan).

Apabila ahli tersebut menyatakan bahwa anak anda memerlukan terapi bicara maka keterlibatan orangtua sangat berperan. Suatu tim yang terdiri dari guru, terapis bicara dan bahasa, audiologis, dan orangtua diperlukan untuk menangani gangguan komunikasi pada anak. Amplifikasi mungkin dibutuhkan pada anak dengan gangguan pemdengaran. Anak yang tidak dapat dibantu dengan hearing aid memerlukan terapi yang dini, seperti penggunaan bahasa isyarat dan membaca bibir yang dapat membantu komunikasi mereka.

Orangtua dapat membantu untuk mengevaluasi dan mengamati perkembangan komunikasi anak dengan cara memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, meskipun anak masih bayi, berbicara dan menyanyi pada anak dapat merangsang peniruan suara dan bahasa tubuh; bacalah buku untuk anak anda, dimulai pada usia anak 6 bulan dengan buku yang sesuai dengan usia anak; gunakan kehidupan sehari-hari untuk melatih bicara anak, yang berarti berbicaralah sepanjang hari seperti sebutkan nama-nama makanan di supermarket, jelaskan apa yang anda lakukan ketika anda memasak atau membersihkan ruangan, tunjuk benda-benda di sekitar rumah, dan yang terakhir adalah tanyakan kembali pengetahuan yang sudah anda berikan atau lihat respon anak anda.

GANGGUAN FONOLOGIS PADA ANAK

Gangguan fonologis adalah gangguan dimana anak bicaranya tidak jelas atau sulit ditangkap. Sehingga ucapan anak saat berbicara menjadi kurang atau tidak sempurna. Pada anak usia 2-3 tahun, gangguan ini masih di anggap wajar karena tergolong gangguan perkembangan. Dengan bertambahnya usia anak, diharapkan gangguan ini bisa diatasi dengan pemeriksaan oleh dokter ahli THT, ahli saraf anak, terapis bicara.

Gangguan fonologis lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Sekitar 3% dari anak-anak pra-sekolah dan 2% dari anak usia 6-7 tahun memiliki kelainan ini, sedangkan yang berusia 17 tahun, hanya 0,5%.

Gangguan ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu ringan dan berat. Yang tergolong ringan, saat usia 3 tahun si anak belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Sehingga kata mobil disebut mobbing, lari disebut lali, mata disebut aa.

Menurut Dra. Mayke S. Tedjasaputra, “biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hanya saja, untuk anak yang tergolong “pemberontak” atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tidak memaksa meski tetap memberitahu yang benar dengan mengulang kata yang dia ucapkan”. Misalnya, “Ma, yuk, kita lali-lali!”, segera timpali, “Oh, maksud Adik, lari-lari”. Sedangkan yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf dan suku kata. Misal, toko jadi toto atau stasiun jadi tatun. “Pengucapan” semacam ini akan sulit ditangkap oleh orang lain.


PENYEBAB GANGGUAN FONOLOGIS PADA ANAK

Gangguan fonologis pada anak bisa disebabkan oleh..

  • Faktor keturunan

Sebagian besar anak-anak yang mengalami gangguan fonologis mempunyai saudara dengan kelainan yang sama.

  • Faktor usia

Usia anak yang belum mencukupi menyebabkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; dari susunan gigi geligi, bentuk rahang, sampai lidah yang mungkin masih kaku.

  • Gangguan pendengaran

Bila anak tidak bisa mendengar dengan jelas, otomatis perkembangan bicaranya terganggu.

  • Faktor lingkungan

Bila lingkungan sekitar anak, tidak atau kurang melatih anak untuk berbicara secara benar. Maka, dapat menyebabkan anak tersebut mengalami gangguan fonologis.

  • Keterbelakangan mental

Umumnya anak yang memiliki keterbelakangan mental, perkembangan bicaranya akan terganggu. Bila gangguan neurologis yang menjadi penyebabnya, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan.

Kriteria diagnostik gangguan fonologis

  • gagal untuk menggunakan suara yang semsetinya sesuai dengan fonem dan konsonannya,
  • kesulitan untuk memproduksi suara sehingga mengganggu dalam akademik dan komunikasi sosial,
  • jika terdapat MR, defisit motorik bicara atau sensorik, kesulitan untuk pemusatan lingkungan, mempunyai kesulitan bahasa melebihi gangguan fonologis biasa.

Daftar Pustaka :

Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A. (2002). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan psiatri klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.

PENGERTIAN GANGGUAN GAGAP

Gagap adalah suatu gangguan bicara yakni seseorang akan memperpanjang atau mengulang kata, suku kata atau frase dalam berbicara. Orang yang gagap akan lebih sulit untuk berbicara lancar jika mengalami stres, kelelahan atau berbicara di depan orang banyak. Tapi kebanyakan orang yang gagap akan lebih mudah berbicara jika dalam suasana yang santai.

Beberapa tanda yang biasa ditunjukkan oleh orang yang mengalami gagap adalah memiliki masalah saat memulai sebuah kata, frase atau kalimat, mengulangi kata atau suku kata, mata berkedip dengan cepat, bibir gemetar, muka seperti mengencang saat ingin berbicara, menggunakan kata seperti ‘ehmmm’ lebih sering dan rahang gemetar.

Seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Jumat (22/1/2010) para ahli belum sepenuhnya yakin mengenai penyebab gagap. Tapi diduga seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan gagap, kemungkinan bisa menjadi salah satu faktor risiko.

Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin bisa menyebabkan gagap, yaitu:

1. Faktor perkembangan.
Anak kecil yang hingga usia 3,5 tahun masih terbata-bata dalam berbicara, ada kemungkinan bisa mengakibatkan gangguan gagap hingga dewasa nanti. Jika sejak awal kemampuan berbahasanya tidak cukup berkembang, hal ini bisa menghambat perkembangan sehingga akan terjadi keterlambatan berbicara.

2. Faktor neurogenik.
Gagap bisa terjadi ketika sinyal antara otak, saraf berbicara dan otot tidak bekerja dengan benar. Hal ini bisa mempengaruhi anak-anak, orang dewasa serta orang yang setelah terkena stroke atau cedera otak.

3. Faktor psikologis.
Alasan utama terjadinya gagap dalam jangka waktu yang panjang adalah akibat beberapa faktor psikologis yang dapat memperburuk kondisinya seperti stres, malu, cemas atau rendah diri.

Jika gagap yang dialami telah sangat mengganggu aktivitas serta melibatkan emosional seperti menjadi takut untuk bertemu orang, menimbulkan efek buruk pada kesehatan serta frekuensinya semakin sering, sebaiknya segera konsultasikan dengan ahli untuk mendapatkan pertolongan.

Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara (lihat gangguan suara) atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata (lihat disleksia). Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Di luar kegagapannya, orang yang gagap umumnya normal.
Gangguan ini juga bersifat variabel, yang berarti bahwa pada situasi tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau menurun. Walaupun penyebab utama gagap tidak diketahui, faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini. Banyak teknik terapi bicara yang dapat meningkatkan kefasihan bicara pada beberapa orang.
Salah satu teknik terbaru dalam penyembuhan ini adalah dengan pijat syaraf bicara di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap. Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan.
Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagaap ini diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya. Tentu saja terapi bicara bagi anak, berbeda dengan terapi bicara anak-anak. Bagi seseorang yang menderita gagap karena genetika, disarankan untuk selalu memijat syaraf ini setiap hari.
Gagap merupakan gangguan bicara, dengan indikasi tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat. Kelainan ini dapat berupa kehilangan ide untuk mengeluarkan kata-kata, pengulangan beberapa suku kata, kesulitan mengeluarkan bunyi pada huruf-huruf tertentu, sampai dengan ketidakmampuan mengeluarkan kata-kata sama sekali.

Gagap biasanya berhubungan dengan masalah kepercayaan diri dan mudah gugup. Apabila seorang penderita gagap berhadapan dengan situasi atau seseorang yang membuatnya gugup, maka reaksi pada tubuh yang sering terjadi adalah ketegangan yang terlihat saat berbicara yang dibarengi oleh gerakan-gerakan wajah, gerakan kaki, tangan, dan sebagainya.

Ditemukan Gen Penyebab Gagap



Para ilmuwan menyatakan berhasil menemukan tiga gen yang kemungkinan menyebabkan seseorang menderita gagap.

Sebelumnya gagap dianggap sebagai penyakit keturunan.

Kini para ilmuwan menduga mutasi yang terkait kelainan metabolisme mungkin dapat pula mempengaruhi sebagian fungsi otak manusia.

Penelitian sejumlah kasus ini dilakukan di Pakistan, Amerika Serikat dan Inggris dan diterbitkan di New England Journal of Medicine.

Gagap menimpa pada sekitar 1% orang dewasa di seluruh dunia.

Mereka yang menderita gagap sering kali mengulang kata atau suku kata sehingga mempengaruhi aliran bicara mereka.

Bantuan dini pada saat anak mulai gagap bisa mengatasi masalah ini, sementara terapi untuk orang dewasa mencakup upaya mengurangi kecemasan dan latihan bernafas untuk meningkatkan kemampuan bicara.

Namun tim dari Institute Tuna Rungu dan Gangguan Komunikasi lain, National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD) berharap temuan ini akan membuka perawatan baru.

Masalah metabolisme

Para peneliti menemukan bahwa satu dari tiga gen penderita yang diperiksa mengalami mutasi.

Dua dari tiga gen itu, GNPB dan GNPTG, dikaitkan dengan dua penyakit terkait metabolisme.

Gangguan yang disebut lyposomal storage disorders, kelainan penyimpanan lyposomal, itu menyebabkan bahan berbahaya yang dapat menyebabkan gangguan penyakit, termasuk otak, tertimbun

“Selama ratusan tahun, penyebab gagap menjadi misteri bagi para peneliti dan pakar medis,” kata James Battey, kepala NIDCD.

“Penelitian ini adalah yang pertama mengangkat mutasi gen sebagai penyebab gagap, dan langkah ini dapat memperluas cara perawatan.”

Gangguan metabolisme ini dapat dirawat dengan suntikan enzim yang khusus dibuat untuk menggantikan enzim yang tidak dapat diproduksi tubuh.

Bila gagap disebabkan oleh gangguan yang sama, pengobatan seperti ini diperkirakan dapat berhasil.

Asosiasi Gangguan Gagap Inggris, British Stammering Association, menyambut penemuan ini.

“Penelitian ini merupakan rangkaian penemuan terbaru yang menghapus fakta bahwa penyebab gagap adalah kejiwaan – satu gejala dimana bagian otak untuk berbicara tidak berfungsi secara normal,” kata direktur asosiasi itu, Norbert Lieckfeldt.

“Selain menemukan cara perawatan baru, kami berharap penelitian ini juga dapat mengungkap anak-anak yang memiliki risiko gagap sehingga mereka segera mendapatkan terapi.


Gagap, Bisakah Diobati?

Gangguan bicara terbata-bata atau gagap sering dilakukan komedian untuk memancing tawa. Tapi sebenarnya orang yang gagap tidak boleh dianggap sepele dan harus mendapat bantuan profesional. Bisakah gagap disembuhkan?
Gagap adalah suatu gangguan bicara yakni seseorang akan memperpanjang atau mengulang kata, suku kata atau frase dalam berbicara. Orang yang gagap akan lebih sulit untuk berbicara lancar jika mengalami stres, kelelahan atau berbicara di depan orang banyak. Tapi kebanyakan orang yang gagap akan lebih mudah berbicara jika dalam suasana yang santai.
Beberapa tanda yang biasa ditunjukkan oleh orang yang mengalami gagap adalah memiliki masalah saat memulai sebuah kata, frase atau kalimat, mengulangi kata atau suku kata, mata berkedip dengan cepat, bibir gemetar, muka seperti mengencang saat ingin berbicara, menggunakan kata seperti ‘ehmmm’ lebih sering dan rahang gemetar.
Seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Jumat (22/1/2010) para ahli belum sepenuhnya yakin mengenai penyebab gagap. Tapi diduga seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan gagap, kemungkinan bisa menjadi salah satu faktor risiko.
Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin bisa menyebabkan gagap, yaitu:
1. Faktor perkembangan.
Anak kecil yang hingga usia 3,5 tahun masih terbata-bata dalam berbicara, ada kemungkinan bisa mengakibatkan gangguan gagap hingga dewasa nanti. Jika sejak awal kemampuan berbahasanya tidak cukup berkembang, hal ini bisa menghambat perkembangan sehingga akan terjadi keterlambatan berbicara.
2. Faktor neurogenik.
Gagap bisa terjadi ketika sinyal antara otak, saraf berbicara dan otot tidak bekerja dengan benar. Hal ini bisa mempengaruhi anak-anak, orang dewasa serta orang yang setelah terkena stroke atau cedera otak.
3. Faktor psikologis.
Alasan utama terjadinya gagap dalam jangka waktu yang panjang adalah akibat beberapa faktor psikologis yang dapat memperburuk kondisinya seperti stres, malu, cemas atau rendah diri.
Jika gagap yang dialami telah sangat mengganggu aktivitas serta melibatkan emosional seperti menjadi takut untuk bertemu orang, menimbulkan efek buruk pada kesehatan serta frekuensinya semakin sering, sebaiknya segera konsultasikan dengan ahli untuk mendapatkan pertolongan.
Perawatan yang diberikan untuk orang yang gagap adalah mengajarkannya keterampilan, strategi serta perilaku yang bisa membantunya berkomunikasi, yaitu:
1. Mengontrol kemampuan berbicaranya.
Melatihnya berbicara secara perlahan-lahan dengan menggunakan kalimat atau frase yang pendek sambil diajarkan meregangkan antara vokal dan konsonan. Jika teratur dilakukan dalam jangka waktu panjang, maka tingkat keberhasilannya bisa tinggi serta mencegah kekambuhan.
2. Mengontrol pernapasan.
Seseorang diajarkan bagaimana mengatur dan mengendalikan pernapasannya serta artikulasi antara bibir, rahang dan lidah.
3. Terapi modifikasi gagap.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk memodifikasi gagap agar bisa dikendalikan dan bukan menghilangkannya, seperti mengatasi kecemasan atau ketakutan yang bisa memperparah kondisi.
Terapi ini mencakup 3 tahap, yaitu mengidentifikasi perilaku inti dan sekunder yang menyertai gagap, berlatih mengurangi rasa takut dan cemas sehingga dapat mencegah bicara gagap yang parah serta memodifikasi dengan berlatih mengulang-ngulang kata dan mengantisipasi kata yang dapat sulit diucapkan.
Sekitar 90 persen orang yang gagap bisa diobati dengan baik serta mengurangi tingkat kekambuhannya jika melakukan terapi dengan baik dan teratur.

Gangguan Otak Asal Gagap

“MMMAMAMMAU, pppepeppesan pppappasta,” itu suara Suheri saat memesan makanan di sebuah kafe di Jakarta Selatan. Ayah satu putri itu bukan sedang menirukan pelawak sinetron komedi yang lagi naik daun, Muhammad Azis. “Saya memang paling susah menyebut kata yang diawali huruf m dan p,” katanya.

Sementara Azis cuma berperan di televisi, Heri, 35 tahun, benar-benar penderita gagap. “Yang membuat saya resah, justru kini putri saya juga gagap, padahal dulunya enggak ketahuan,” ujarnya.

Heri tergolong keluarga gagap. Ayah dan dua saudara kandungnya juga gagap. “Yang paling parah saya dan adik bungsu. Bapak saya sudah mulai berkurang,” katanya.

Eksekutif muda yang bekerja di sebuah perusahaan swasta asing itu dulu merasa sangat terganggu. Apalagi ketika masih SMA disuruh membaca lantang. “Itulah masa yang paling saya takuti,” ujar Heri. Semakin takut dan bingung, bicaranya semakin terbata-bata, ya, gagap kambuh.

Kasus Heri, yang menjadi gagap hingga dewasa, termasuk langka. Menurut Vivien Puspitasari, dokter saraf Rumah Sakit Siloam Tangerang, yang paling sering ditemukan adalah gagap yang muncul pada usia prasekolah. Pada masa itulah anak memasuki periode perkembangan fungsi bahasa dan bicara. Karena itu, gagap pada usia ini disebut developmental stuttering atau gagap pada masa tumbuh-kembang, yang biasanya muncul sebelum usia 12 tahun, atau rata-rata usia 2 sampai 5 tahun. “Gagap dapat bersifat sementara atau menetap. Angka kejadian pada anak hanya 5 persen dan 1 persennya akan permanen sampai dewasa,” ujar lulusan spesialis saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Menurut Purboyo Solek, dokter spesialis anak Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, gagap paling sering disebabkan faktor psikologis dan tingkat kecerdasan. “Ada hal-hal yang membuat perasaan dan emosi terganggu akibat sesuatu. Kemudian kalau diucapkan dengan kata atau kalimat jadi terbata-bata,” ujarnya.

Gangguan emosional, menurut dokter lulusan Universitas Padjadjaran, Bandung, itu, menyebabkan anak menjadi sulit bicara lancar. Dalam kasus anak yang sudah duduk di sekolah dasar, misalnya, gagap muncul karena si anak kesulitan mengerjakan tugas sekolah atau berkelahi dengan temannya. “Tidak nyaman di kelas, juga takut pada guru dan orang tua, bisa mengakibatkan gagap,” kata Purboyo.

Faktor lainnya berkaitan dengan tingkat kecerdasan. Menurut spesialis konsultan neurologi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, banyak pasien anak yang datang dengan tingkat kecerdasan di atas normal. “IQ-nya lebih dari 90-110. Kerja otaknya lebih cepat daripada bicaranya,” ujar Purboyo.

Dari jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak didera gagap. Rasionya tiga banding satu. Di Rumah Sakit Hasan Sadikin, dalam setahun Purboyo menerima paling banyak lima pasien gagap. Jumlah ini sangat sedikit dibanding pasien anak autis dan hiperaktif, yang mampir setiap hari.

Penyebab utama gagap, menurut Purboyo, bukan adanya kerusakan otak pada anak-anak. Dari pemeriksaan menyeluruh, pasien secara fisik tidak bermasalah, begitupun sarafnya. “Perkembangan mereka normal. Artinya, secara neurologis, pemeriksaan saraf, kami tidak menemukan apa-apa. Gangguan sensoris juga tak ada,” katanya.

Namun, menurut dokter Vivien, memang terdapat jenis gagap lain, yaitu acquired stuttering, jenis gagap yang terjadi pada orang yang sebelumnya tidak gagap. Gangguan ini disebabkan oleh adanya kerusakan di otak, stroke, cedera kepala, atau penyakit degenerasi otak seperti parkinson dan alzheimer. “Bentuk ini lebih jarang ditemukan,” ujarnya.

Menurut penelitian yang pernah dibaca dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan itu, ada pula gagap yang berhubungan dengan gangguan fungsional ataupun struktural pada ganglia basal-sekumpulan inti di otak manusia yang berhubung-hubungan dan memproduksi zat penting seperti dopamin.

Ganglia basal di dalam otak terletak di subkortikal, daerah di bawah cerebral cortex, otak bagian depan dalam struktur tengkorak manusia. Padahal struktur itu berfungsi mengontrol gerakan anggota tubuh, emosi, dan proses berpikir. Berbicara merupakan proses kompleks yang melibatkan struktur tersebut. Jika ada gangguan pada struktur ini, proses bicara jadi tersendat-sendat.

Gagap memang lebih sering dikaitkan dengan keadaan gugup, tegang, atau gelisah. Seperti dalam kasus Suheri tadi, gejala itu sebenarnya sudah ada sejak lahir. Menurut penelitian The National Institute on Deafness and Other Communication Disorders di Amerika Serikat, penyakit gagap merupakan penyakit turunan. Para peneliti menemukan ada tiga gen yang menyebabkan seseorang berbicara gagap.

Tiga gen itu ditemukan di Pakistan, Amerika Serikat, dan Inggris. Hasil analisis gen terhadap 123 orang gagap asal Pakistan, 270 asal Amerika, dan 276 asal Inggris menunjukkan ada tiga jenis mutasi gen yang menyebabkan seseorang berbicara terbata-bata. Gen tersebut juga berhubungan dengan beberapa penyakit metabolik, dan peneliti menemukan titik terang cara menonaktifkan gen tersebut.

Temuan itu sekaligus memungkinkan pengembangan obat baru yang bisa mematikan gen tersebut. Satu persen dari populasi dunia yang diketahui mengalami gagap dalam hidupnya akan bisa diatasi. “Dengan adanya temuan gen ini, tiga juta orang Amerika yang menderita gagap bisa disembuhkan,” kata direktur lembaga tersebut, James Battey, seperti yang dimuat Telegraph dua pekan lalu.

Menurut salah seorang peneliti lembaga tersebut, Dennis Drayna, terapi enzim dapat mengatasi gagap jenis itu. Nah, enzim inilah yang nantinya mematikan tiga gen yang selalu berhubungan dengan gangguan sel otak penyebab gagap. Penemuan ini tentu saja membawa harapan bagi Suheri, yang putrinya terkena gangguan yang sama. “Mmmumungkin, cucu saya enggak kena, pppepppepenyakit ini.”


TipS Mengobati Gagap

MENURUT dokter ahli saraf, Vivien Puspitasari, ada beberapa cara mengobati gagap, antara lain dengan obat seperti Haloperidol, Risperidon, Sertraline, dan Paroxetine. Selain itu, dengan terapi wicara oleh petugas khusus yang ahli dan dengan alat elektronik khusus. Atau terapi perilaku yang dapat dilakukan bila ditemukan gejala psikis. Namun ada pula yang sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Beberapa saran agar anak tidak gagap:

    • Lingkungan rumah seharusnya santai dan dapat memberi anak peluang untuk banyak berbicara.
    • Biarkan anak mengucapkan kata-kata, tidak peduli seberapa parah ia gagap. Dalam hal ini orang tua harus sabar. Jangan pernah mencoba melengkapi kalimat anak.
    • Orang tua harus bicara pelan dan santai. Ini akan mendorong anak melakukan hal yang sama.
    • Orang tua harus menghindari mengkritik anak ketika ia gagap.
    • Jangan menghukum anak bila gagap. Banyak orang tua yang melarang anaknya melanjutkan pembicaraan sebelum si anak bisa mengucapkan kata yang tergagap itu dengan lancar. Ini harus benar-benar dihindari.
    • Orang tua disarankan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika anak berbicara.

PERAWATAN GANGGUAN GAGAP

Perawatan yang diberikan untuk orang yang gagap adalah mengajarkannya keterampilan, strategi serta perilaku yang bisa membantunya berkomunikasi, yaitu:

1. Mengontrol kemampuan berbicaranya.
Melatihnya berbicara secara perlahan-lahan dengan menggunakan kalimat atau frase yang pendek sambil diajarkan meregangkan antara vokal dan konsonan. Jika teratur dilakukan dalam jangka waktu panjang, maka tingkat keberhasilannya bisa tinggi serta mencegah kekambuhan.

2. Mengontrol pernapasan.
Seseorang diajarkan bagaimana mengatur dan mengendalikan pernapasannya serta artikulasi antara bibir, rahang dan lidah.

3. Terapi modifikasi gagap.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk memodifikasi gagap agar bisa dikendalikan dan bukan menghilangkannya, seperti mengatasi kecemasan atau ketakutan yang bisa memperparah kondisi.

Terapi ini mencakup 3 tahap, yaitu mengidentifikasi perilaku inti dan sekunder yang menyertai gagap, berlatih mengurangi rasa takut dan cemas sehingga dapat mencegah bicara gagap yang parah serta memodifikasi dengan berlatih mengulang-ngulang kata dan mengantisipasi kata yang dapat sulit diucapkan.

Sekitar 90 persen orang yang gagap bisa diobati dengan baik serta mengurangi tingkat kekambuhannya jika melakukan terapi dengan baik dan teratur.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didaptkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi tertentu.
Anak usia 2 – 5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, bata atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan sebagai penyebab yaitu teori stuttering Block, Cybernatic models atau Brain Function yang semuanya karena gangguan sensoris dan motoris di otak.

Bicara gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.

Gangguan Bahasa Reseptif- Ekspresif

Gangguan bahasa reseptif- ekspresif mengacu pada anak- anak yang memiliki kesulitan baik dalam memahami maupun memproduksi bahasa verbal. Mungkin saja terdapat kesulitan dalam memahami kata- kata atau kalimat- kalimat. Dalam beberapa kasus, anak memiliki kesulitan memahami tipe- tipe kata atau kalimat tertentu (seperti kata- kata yang mengekspresikan perbedaan kuantitas; large, big, atau huge), istilah- istilah spasial (sperti dekat atau jauh), atau tipe- tipe kaliamat (seperti kalimat yang dimulai dengan kata unlike). Kasus- kasus lain ditandai oleh kesulitan memahami kata- kata dan kalimat- kalimat sederhana.

Terapi Gangguan Ekspresif

Terapi pada gangguan ekspresif dapat dilakukan dengan latihan pendorong perilaku dan praktek fonem (unit suara), pembendaharaan kata dan konstruksi kalimat serta dapat pula dilakukan konseling parental suportif dan biasanya 50 persen penderita gangguan ekspresif dapat sembuh dengan spontan.

Tanda-tanda gangguan ekspresif bahasa-menerima

June 5th, 2010

Berikut ini adalah gejala yang paling umum gangguan komunikasi. Namun, setiap anak mungkin mengalami gejala yang berbeda.

a. Mungkin tidak berbicara sama sekali, atau mungkin memiliki kosakata yang terbatas untuk usia mereka.

b. Apakah kesulitan memahami petunjuk sederhana atau tidak mampu untuk nama benda.

c. Menunjukkan masalah dengan sosialisasi.

d. Ketidakmampuan untuk mengikuti arah tetapi pemahaman menunjukkan dengan rutin, arah berulang-ulang.

e. Echolalia (mengulangi kembali kata-kata atau frasa baik langsung atau di lain waktu.).

f. Ketidaksesuaian tanggapan ke “wh” pertanyaan

g. Kesulitan tanggapan yang sesuai untuk: ya / tidak pertanyaan, baik / atau pertanyaan, siapa / apa / mana pertanyaan, ketika / mengapa / bagaimana pertanyaan

h. Mengulang kembali pertanyaan pertama dan kemudian menanggapi mereka

i. Aktivitas tinggi tingkat dan tidak menghadiri untuk bahasa lisan

j. Jargon (misalnya bicara tidak dapat dimengerti)

k. Menggunakan “hafal” frase dan kalimat

l. Mereka mungkin memiliki masalah dengan kata-kata atau kalimat, baik pemahaman dan berbicara mereka

m. Belajar masalah dan kesulitan akademis

Sementara banyak bicara dan pola bahasa dapat disebut “bayi bicara” dan merupakan bagian dari anak normal pembangunan muda, Mereka bisa menjadi masalah jika mereka tidak terlalu besar seperti yang diharapkan. Dengan cara ini suatu keterlambatan dalam pidato awal dan bahasa atau pola pidato awal dapat menjadi gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar lebih mudah untuk belajar bahasa dan kemampuan komunikasi sebelum usia 5. Gangguan mungkin mirip masalah lain atau kondisi medis. Always consult your child’s physician for a diagnosis. Selalu berkonsultasi dengan dokter anak Anda itu untuk diagnosis.